Harian Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang
berkantor pusat di Jakarta. Koran Kompas diterbitkan oleh
PT Kompas
Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia (KG).
Untuk memudahkan akses bagi pembaca di seluruh dunia, Kompas juga terbit dalam bentuk daring bernama KOMPAS.Com yang
dikelola oleh PT Kompas Cyber Media. KOMPAS.Com berisi berita-berita yang
diperbarui secara aktual & juga memiliki sub kanal koran Kompas
dalam bentuk digital.
Harian Kompas adalah satu di
antara dua (2) koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of
Circulations (ABC). Koran lainnya yang juga diaudit adalah Warta Kota.
Pendiri Kompas
Cuplikan dari harian Kompas edisi Selasa, 22
Januari 1985.
Ide awal penerbitan harian ini
datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginannya
kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel,
& independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman
baiknya, P.K. Ojong (1920-1980) & Jakob Oetama yang
pada waktu itu sudah mengelola majalah Intisari yang terbit tahun
1963. Ojong langsung menyetujui ide itu & menjadikan Jakob Oetama sebagai
editor in-chief pertamanya.
Awalnya harian ini diterbitkan
dengan nama Bentara Rakyat.Salah satu alasannya, kata Frans Seda, nama
Bentara sesuai dengan selera orang Flores. Majalah Bentara, katanya, juga
sangat populer di sana. Atas usul Presiden Sukarno, namanya diubah menjadi
Kompas,
pemberi arah & jalan dalam mengarungi lautan & hutan rimba.
Setelah mengumpulkan tanda bukti
3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas
terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965. Pada mulanya kantor redaksi
Kompas
masih menumpang di rumah Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di
kantor redaksi Majalah Intisari. Pada terbitan per&anya, Kompas
hanya terbit dengan empat (4) halaman dengan iklan yang hanya berjumlah enam
(6) buah. Selanjutnya, pada masa-masa awal berdirinya (1965) Koran Kompas
terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali
seminggu, & hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat
kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar..
Seiring dengan pertumbuhannya,
seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas saat ini dibagi
menjadi tiga bagian (section), yaitu bagian depan yang memuat
berita nasional & internasional, bagian berita bisnis & keuangan,
bagian berita olahraga & iklan baris yang disebut dengan klasika.
Harian Kompas diterbitkan oleh
PT Kompas
Media Nusantara.
Oplah & Pembaca
Kompas mulai terbit pada
tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan
tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan
surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai
530.000 eksemplar, khusus untuk edisiMinggunya malah mencapai 610.000
eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia.
Saat ini (2011), Harian Kompas
Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500.000
eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang
per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan oplah
rata-rata 500 ribu eksemplar setiap hari & mencapai 600 ribu eksemplar
untuk edisi Minggu , Kompas tidak hanya merupakan koran
dengan oplah (sirkulasi) terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia
Tenggara. Untuk memastikan akuntabilitas distribusi harian Kompas, Koran Kompas
menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit
semenjak tahun 1976
Berdasarkan hasil survey pembaca
tahun 2008, Profil pembaca Koran Kompas mayoritas berasal dari
kalangan (Strata Ekonomi & Sosial) menengah ke atas (SES AB) yang tercermin
dari latar belakang pendidikan & kondisi keuangan.
Pembredelan & gugatan kasus hukum
Tahun 1965, Larangan terbit
pertama, terkait dengan peristiwa G30S/PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam,
pemerintah melarang sejumlah koran yang terbit di Jakarta untuk terbit.
Larangan tersebut hanya diberlakukan empat hari. Pada tanggal 6 Oktober 1965
larangan tersebut dicabut, Kompas & sejumlah koran lainnya
kembali terbit.
- Tahun 1978, Larangan terbit kedua, menyusul
pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya.
Pada tahun 21 Januari 1978, menyusul pemberitaan pencalonan
Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya & demo menentang
korupsi yang marak, tujuh harian (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The
Indonesian Times, Sinar Pagi, & Pos Sore) dilarang terbit
atas perintah Sudomo.
- Tahun 2006, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bambang
Wisudo & pembatalannya (2008). Pada tanggal 8 Desember 2006, Bambang
Wisudo (wartawan) menerima surat pemecatan. Pada tanggal 12 Desember 2008,
sekitar dua (2) tahun sesudahnya, diterbitkan surat pencabutan keputusan
PHK Kompas terhadap Bambang Wisudo.
- Tahun 2009, Gugatan perdata Raymond Teddy. Raymond
Teddy melakukan gugatan perdata terhadap sejumlah media (Kompas, RCTI, Republika, Detikcom,
Seputar Indonesia, Warta Kota, & Suara Pembaruan) atas penyebutan
dirinya sebagai bandar judi.
- Tahun 2010, Aburizal Bakrie melaporkan sejumlah
media ke Polisi & Dewan Pers. Sejumlah media masa tersebut
dilaporkan karena memberitakan pertemuan Aburizal Bakrie dengan terdakwa
mafia pajak Gayus Tambunan di Bali.
Desain, tata letak & ukuran
Tampilan & Rubrikasi Kompas
Setelah Redesign
Saat pertama kali terbit sampai
dengan tanggal 27 Juni 2005, Kompas menggunakan ukuran broadsheet 9
Kolom & tampil dengan warna hitam putih. Pada tanggal 28 Juni 2005 Kompas
melakukan perubahan terhadap ukuran kertas yang digunakan, menjadi lebih kecil
atau sering juga disebut young broadsheet 7 kolom. Perubahan
ukuran kertas & jumlah kolom yang lebih sedikit berdampak juga pada tata
letak tulisan redaksi & iklan.
Perubahan yang paling mencolok
adalah pergantian warna pada masthead yang semula berwarna
hitam diubah menjadi biru. Pada halaman depannya juga terdapat penggunaan
navigasi yang membantu pembaca untuk menuju rubrik atau berita tertentu.
Penggunaan warna selain hitam pada tulisan, judul maupun penamaan rubrik juga
menjadi perubahan yang sangat terlihat & terasa.
Pengurangan ruang tulisan tidak
bisa dihindari, hal ini karena ukuran koran Kompas menjadi lebih
kecil (tidak selebar sebelumnya).
Perubahan lainnya yang juga
sangat terasa adalah pada berita, Kompas mulai menggunakan byline & firewall pada
penulisan beritanya serta pemisahan iklan baris kedalam satu bagian khusus
bernama Klasika. Penggunaan byline akan membuat berita
menjadi lebih terjamin akutabilitasnya, hal ini karena nama wartawan atau
reporter yang menulis berita tersebut tertera dengan jelas, tidak hanya berupa
kode seperti sebelumnya. Penggunaan firewall (tembok pembatas)
juga akan memberi pemisah yang jelas antara tulisan karya jurnalistik yang
berasal dari wartawan/reporter dengan tulisan atau gambar iklan. Iklan
ditempatkan sekaligus sebagai informasi, dikelompokkan dalam seksi Klasika,
nama baru untuk terjemahan Classified Add yang merupakan modus
pertama bagi koran di Indonesia tapi sudah berlangsung lama bagi koran lain di
luar negeri.[21]
Untuk mengelompokkan berita
maupun iklan, diperkenalkan istilah baru upperdeck. Upperdeck adalah
tulisan berwarna merah diatas judul berita maupun iklan di bagian klasika yang
berfungsi sebagai kata kunci.
Berkaitan dengan perubahan harian
Kompas,
terdapat tembok pembatas yang jelas antara berita bagian atas & iklan
bagian bawah.
Dalam melakukan perubahan, Kompas
melakukan persiapan selama satu tahun dengan menggunakan jasa konsultan Garcia
Media yang dikepalai oleh Mario Garcia yang berasal dari
Amerika. Tim Garcia Media mengerjakan proyek ini bersama dengan tim Kompas
selama lebih dari 7 bulan.
Percetakan & Distribusi
Percetakan
Pada awalnya harian Kompas
dicetak di percetakan PT Keng Po. Seiring perkembangan oplah yang semakin
meningkat, & agar dapat menjamin Kompas dapat terbit pagi hari, dipan&g
perlu memiliki usaha percetakan sendiri. Pada tahun 1971 perusahaan mendirikan
Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, yang mulai beroperasi pada bulan
Agustus 1972, & diresmikan pada tanggal 25 November 1972 oleh Ali Sadikin,
selaku Gubernur DKI Jakarta saat itu. Dalam perkembangannya, pada tahun 1997
dibangunlah sistem cetak jarak jauh (remote printing) sebagai terobosan baru
teknologi percetakan untuk mempercepat distribusi koran harian KOMPAS
di daerah.
Percetakan (cetak) jarak jauh
Sebagai Koran yang memposisikan
diri sebagai koran nasional, Kompas menggunakan fasiltas
percetakan jarak jauh untuk memproduksi koran harian & melakukan distribusi
dari banyak lokasi. Pada awal berdirinya, Kompas hanya dicetak di Jakarta &
setiap hari melakukan pengiriman koran menggunakan berbagai sarana transportasi
(roda empat, roda dua, & pesawat) ke barbagai wilayah tujuan di
Indonesia. Seiring dengan tuntutan jam kedatangan yang semakin pagi oleh
pembaca & pelanggannya, maka Kompas juga di cetak di berbagai
wilayah selain Jakarta.
- 1997, Mulai dicetak di Bawen, Jawa Tengah.
Oleh PT Bawen Media Tama
- 1997, Mulai dicetak di Makassar
- 1999, Mulai dicetak di Rungkut, Jawa Timur.
Oleh PT Antar Surya Jaya
- 2001, Mulai dicetak di Palembang
- 2002, Mulai dicetak di Banjarmasin
- 2003, Mulai dicetak di Deli Ser&g, Me&.
Oleh PT Me& Media Grafika
- 2006, Mulai dicetak di Rancaekek , Sume&g.
Oleh PT Gramedia Unit Bandung
- 2009, Mulai dicetak di Gianyar, Bali.
Oleh Gramedia Bali Site
Keagenan
Untuk mendistribusikan &
menjual koran Kompas sampai ke konsumen, pihak Kompas menggunakan sistem
perantara keagenan yang bisa disebut dengan agen koran. Agen koran memiliki
loper untuk mengirimkan & menagih tagihan koran ke pelanggan Kompas.
Ada dua model agen penyalur Kompas
- Agen Konvensinal (menjual produk koran lain juga)
- Agen Kompas (hanya menjual &
mendistribusikan produk Kompas) dibawah PT. Jasatama
Polamedia.
Pada awalnya, sirkulasi Kompas
dilakukan sendiri dibawah manajemen PT. Kompas Media Nusantara. Hingga pada
tanggal 1 Januari 2009, sirkulasi Kompas berada dibawah naungan
PT.Sirkulasi Kompas Gramedia (SKG). Unit ini merupakan hasil penggabungan
seluruh Departemen Sirkulasi/Distribusi media di Kompas Gramedia.
Kompas digital
KOMPAS ePaper
KOMPAS ePaper adalah koran digital Kompas
dalam bentuk elektronik yang diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara
yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. KOMPAS
ePaper diluncurkan pertama kali pada tanggal 1 Juli 2009. Inovasi &
inisiatif ini sebenarnya telah ada dari tahun 2008, akan tetapi baru bisa
diakses pada tanggal tersebut setelah melalui beberapa perbaikan & uji coba purwarupa.
Isi KOMPAS ePaper ini tidak
sama dengan Kompas.com.
Apabila pada Kompas.com, informasi-informasi yang diberikan berbeda dengan Kompas
versi kertas koran, maka KOMPAS ePaper memiliki isi (berita &
iklan) yang sama dengan Kompas versi kertas koran. Perbedaan
mendasarnya hanya pada mediumnya saja, tidak lagi menggunakan kertas koran,
melainkan dalam bentuk digital atau sering juga disebut dengan epaper. Pada
saat peluncurannnya, akses KOMPAS ePaper tidak memungut biaya,
namun membutuhkan plugin tambahan yaitu Microsoft Silverlight yang
wajib dipasang terlebih dahulu pada Peramban web yang digunakan.
Digital
Per 1 Mei 2011, untuk mengakses digital.kompas.com harus
melakukan pembayaran terlebih dahulu, sistem langganan berbayar ini meliputi KOMPAS Cetak, KOMPAS Reader & KOMPAS ePaper.[31][32] Selain
versi Microsoft Silverlight yang kaya fitur & interaktif, KOMPAS
ePaper juga dapat diakses lebih mudah & cepat melaluiPeramban web biasa tanpa Microsoft
Silverlight dengan syarat fitur Javascript pada perambah
tersebut dalam status terpasang & aktif.
SCOOP
Logo Kompas Kiosk By Scoop
Pada tanggal 15 Maret 2013,
produk ePaper Kompas tersedia & dapat diunduh melalui aplikasi mobile SCOOP yang
tersedia di platform Android & iOS. Mulai 20 Maret 2013,
harian Kompas versi digital di Scoop akan dikenakan biaya langganann
sebesar 29,99 dollar AS untuk paket 3 bulan, 59,99 dollar AS untuk paket 6
bulan, & 119,99 dollar AS untuk paket 1 tahun. Untuk dapat menikmati produk
epaper Kompas di SCOOP pada berbagai platform tanpa melakukan
pembelian kembali, pengguna harus membuat akun SCOOP ID terlebih dahulu. Akun
tersebut kemudian digunakan pada berbagai platform.
Scoop atau 'Scoop
Store' merupakan aplikasi mobile yang dikembangkan oleh perusahaan bernama Apps-Foundry.
Selain menjual produk Kompas, aplikasi ini juga menjual
produk dari penerbitan lain dalam berbagai format di luar koran seperti majalah
& buku. Terkait dengan kontrak eksklusif Kompas &
Apps-Foundry, Kompas juga mengeluarkan aplikasi mobile tersendiri bernama Kompas Kiosk By Scoop untuk
membaca koran dalam bentuk epaper. Pada aplikasi yang terlepas dari Scoop Store
ini, produk Kompas Pagi & Kompas Siang bisa diakses dengan
hanya membayar salah satu produk saja.
Aplikasi ini dikembangkan
menggunakan teknologi yang sama dengan Scoop Store & baru
tersedia untuk versi iOS.
KOMPAS Cetak
KOMPAS Cetak adalah koran digital Kompas
versi elektronik. Akses Kompas cetak melalui Peramban
web tidak membutuhkan plugin tambahan. Berita yang ada
disini sama persis dengan yang ada pada versi cetak (non-elektronik) namun ka&g
ada berita yang tidak ditambahkan di sini. Iklan yang ada pada versi cetak
(non-elektronik) pun ditiadakan disini.
Mulai tanggal 1 Juli 2010 Harian Kompas
edisi cetak di Kompas.com seluruhnya berganti menjadi edisi ePaper Harian Kompas.[36] Pada
Agustus 2010, Kompas Cetak kembali lagi dengan desain baru.
Saat ini (2011), KOMPAS
Cetak kembali dapat diakses melalui daring. Terdapat perbedaan penulisan
produk dengan versi sebelumnya, awalnya bernama KOMPAS Cetak(penulisan dipisah) kemudian ditulis KOMPASCetak (penulisan
disambung). Dapat diakses di KOMPASCetak.com. Selain perubahan
cara penulisan produk, KOMPASCetak.com telah diperbaharui
kembali dengan menambahkan berbagai sarana pencarian & kemudahan berbagi di
jejaring sosial. Perbaikan berikutnya adalah kemudahan akses baik melalui Peramban
web dari Desktop maupun melalui perangkat bergerak (mobile).
KOMPAS Editor's Choice
iPad
KOMPAS Editor's Choice untuk iPad adalah
sebuah bentuk publikasi baru (berbeda dari Kompas versi kertas koran) yang
diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara yang hanya dapat diakses melalui
perangkat iPad (Apple). Aplikasi pertama dari Indonesia yang bisa
diunduh dari AppStore ini dapat menampilkan foto peristiwa &
video beresolusi tinggi yang memang dioptimalkan untuk layar iPad.
Blackberry PlayBook
KOMPAS Editor's Choice untuk BlackBerry Playbook adalah
publikasi baru yang mirip dengan KOMPAS
Editor's Choice untuk iPad, perbedaan mendasarnya adalah
aplikasi ini khusus ditujukan untuk pengguna tablet BlackBerry Playbook yang
dapat diunduh melalui BlackBerry AppWorld. Aplikasi ini telah
tersedia bersamaan dengan diluncurkan Blackberry Playbook di Indonesia oleh
pihak RIM pada tanggal 7 Juli 2011.
Jendela Indonesia
Jendela Indonesia (Window
of Indonesia) adalah publikasi pada perangkat iPad yang ditujukan untuk menampilkan
ase/sumber daya alam & budaya Indonesia kepada masyarakat luas termasuk
dunia internasional. Aplikasi yang rutin terbit tiap sabtu ini juga menampilkan
informasi tambahan berupa peta, lokasi hotel & berbagai informasi lainnya
yang menunjukkan potensi suatu wilayah. Konten yang ditampilkan juga tidak
selalu berasal dari Koran Kompas versi cetak, tampilan 3D &
video yang tidak mungkin ditampilkan pada medium kertas koran dapat disimak
pada aplikasi ini.
KOMPAS Reader 1.0
KOMPAS Reader 1.0 adalah koran digital Kompas
versi elektronik. KOMPAS Reader 1.0 merupakan aplikasi
yang dapat dipasang pada sebuah sistem operasi (Windows,MacOS, & Linux). Aplikasi
ini membutuhkan komponen Adobe Air agar dapat diunduh, dipasang &
dijalankan pada salah satu sistem operasi yang disebutkan sebelumnya.
Aplikasinya sendiri bersifat gratis, namu untuk dapat mengunduh & melakukan
sinkronisasi isi haru terlebih dahulu melakukan pembayaran (langganan).
Tampilan isi (berita & iklan) pada aplikasi ini sama dengan versi Kompas
yang dicetak di kertas koran. Pengguna aplikasi ini juga dapat menikmati konten
Kompas
tanpa harus selalu terhubung dengan lingkungan daring.
Aplikasi KOMPAS Reader ini pertama
kali dikembangkan oleh Dody Dharma, yang pada saat itu merupakan mahasiswa
tingkat akhir Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kode QR (dakode) (QR Code)
Menjelang ulang tahun yang ke-44,
harian Kompas meluncurkan penggunaan teknologi QR code yang akan
meningkatkan interaksi antara harian Kompas & para pembacanya. Harian
ini yang pertama di antara surat kabar nasional yang menggunakan QR code. Kode_QR adalah
sebuah kode matriks atau barcode 2 dimensi yang diciptakan perusahaan Jepang,
Denso-Wave tahun 1994. Kata QR, kependekan dari quick response, sesuai
tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi & mendapatkan respons dengan
cepat. Kode_QR pada harian Kompas berfungsi sebagai ”jembatan”
penghubung antara konten offline & konten online. Kode ini memungkinkan
audiens berinteraksi dengan media yang ditempelinya (Koran Kompas) melalui ponsel
secara efektif & efisien. Kode_QR bertindak seolah-olah hyperlink
fisik yang dapat menyimpan alamat web (URL), nomor telepon, teks, & SMS.
Kompas Augmented Reality (AR)
Kompas adalah koran
pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Augmented Reality (AR)
pada medium kertas koran. Augmented Reality atau dalam bahasa
Indonesia disebut Realita tertambah pada koran Kompas berupa gambar yang
bila ditangkap oleh kamera pada komputer akan menampilkan informasi tambahan
berupa animasi tiga dimensi (3D) pada peramban web.
Aplikasi Teka-teki Silang Kompas
(TTS Kompas) di Blackberry
Setiap hari minggu, koran Kompas
menampilkan Teka-teki silang bagi para pembacanya. Sejak bulan
November 2010, Koran Kompas juga menghadirkan aplikasi Teka-teki
silang pada perangkat bergerak mobile Blackberry.
Aplikasi TTS Kompas pada perangkat Blackberry ini lahir dari kompetisi KIAD yang
diikuti oleh 186 peserta.